Hai teman-teman, pernahkah kamu mendengar tentang Sejarah Pramuka Indonesia Singkat? Pramuka, singkatan dari “Praja Muda Karana,” adalah sebuah gerakan kepanduan yang sangat populer di Indonesia. Gerakan ini memiliki sejarah panjang yang kaya akan peristiwa-peristiwa penting. Dalam artikel ini, kita akan mengupasnya secara singkat, tetapi informatif.
Sejarah Pramuka Indonesia Singkat
Sebelum kita melangkah lebih jauh ke dalam sejarah, mari kita pahami mengapa Pramuka begitu penting bagi Indonesia.
Pramuka tidak hanya sekadar organisasi kepanduan biasa; ini adalah salah satu dari sedikit gerakan yang membentuk karakter dan moral anak-anak muda di seluruh Indonesia.
Dengan fokus pada agama, kewarganegaraan, dan kepedulian terhadap sesama, Pramuka telah membantu mendidik generasi muda Indonesia selama puluhan tahun.
Latar Belakang Terbentuknya Gerakan Pramuka
Jika kita ingin memahami sejarah pramuka indonesia singkat, kita harus kembali ke awal tahun 1960-an.
Pada saat itu, banyak perkumpulan kepanduan beroperasi di seluruh Indonesia, tetapi jumlah perkumpulan ini tidak sebanding dengan jumlah anggotanya.
Itulah saat Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960, tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana dikeluarkan.
Dalam ketetapan ini, ada Paragraf 330 yang menegaskan bahwa dasar pendidikan kepanduan adalah Pancasila.
Selanjutnya, disebutkan bahwa pendidikan kepanduan harus diintensifkan dan dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme. Ketetapan ini memberikan kewajiban kepada pemerintah untuk melaksanakannya.
Hari Tunas Gerakan Pramuka
Peristiwa penting pertama dalam sejarah Pramuka Indonesia adalah Pidato Presiden/Mandataris MPRS pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara.
Presiden mengumumkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, dan semua organisasi kepanduan yang ada akan dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka.
Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri dari tokoh-tokoh terkemuka.
Inilah saat dimulainya perjalanan Pramuka modern di Indonesia, dan peristiwa ini kemudian disebut sebagai Hari Tunas Gerakan Pramuka.
Keputusan Presiden RI No. 238 Tahun 1961
Pada 20 Mei 1961, Hari Kebangkitan Nasional, Keputusan Presiden RI No. 238 Tahun 1961 diterbitkan. Keputusan ini menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang bertugas menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia.
Selain itu, Anggaran Dasar Gerakan Pramuka disahkan, menjadi pedoman, petunjuk, dan pegangan bagi pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya.
Hari Permulaan Tahun Kerja
Tanggal 20 Mei yang sebelumnya dikenal sebagai Hari Kebangkitan Nasional, kini memiliki arti khusus bagi Gerakan Pramuka.
Itu adalah Hari Permulaan Tahun Kerja, yang menandai awal dari suatu tahun kerja yang penuh dengan aktivitas pendidikan dan pengabdian.
Hari Ikrar Gerakan Pramuka
Pada tanggal 30 Juli 1961, pernyataan penting diberikan oleh wakil organisasi kepanduan di Indonesia. Mereka dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai Hari Ikrar Gerakan Pramuka.
Pelantikan Mapinas, Kwarnas, dan Kwarnari
Tanggal 14 Agustus 1961, menjadi momen penting dalam sejarah Pramuka. Pada hari ini, pengurus Gerakan Pramuka dilantik.
Mapinas, Kwarnas, dan Kwarnari resmi dibentuk. Panji-Panji Gerakan Pramuka juga dianugerahkan pada hari yang sama.
Selain pelantikan pengurus, pada tanggal ini juga dilangsungkan defile Pramuka. Ini adalah upacara yang bertujuan untuk memperkenalkan secara resmi Gerakan Pramuka Indonesia kepada masyarakat.
Sejak itu, tanggal 14 Agustus kemudian dikenal sebagai Hari Pramuka, yang dirayakan setiap tahun oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.
Pramuka Diperkenalkan kepada Masyarakat
Pada tanggal 9 Maret 1961, Presiden juga menggariskan agar Gerakan Pramuka diperkenalkan kepada masyarakat pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI.
Oleh karena itu, Keputusan Presiden RI No. 238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya.
Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian.
Struktur Pimpinan Gerakan Pramuka
Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang.
Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh.
Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
Pengenalan Resmi dan Hari Pramuka
Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibu kota Jakarta, tetapi juga di tempat yang penting di Indonesia.
Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta.
Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas, dan Kwarnari, di Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai.
Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.
Pasca-Reformasi
Setelah melihat bagaimana Gerakan Pramuka lahir dan berkembang pada awalnya, kita sekarang beralih ke masa pasca-Reformasi.
Pada tahun 2013, Pramuka dijadikan ekstrakurikuler wajib dalam Kurikulum 2013 di Indonesia. Namun, sebelum kebijakan ini diterapkan secara nasional, banyak sekolah, terutama Sekolah Dasar, sudah menjadikan Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib.
Tantangan di Era Modern
Pada Juli 2017, Gerakan Pramuka Indonesia menghadapi tantangan serius. Pemerintah Indonesia menangguhkan dukungannya terhadap Gerakan Pramuka setelah Ketua Kwartir Nasional Pramuka, Adhyaksa Dault, menyatakan dukungannya untuk Hizbut Tahrir.
Organisasi ini bertentangan dengan landasan legislatif Indonesia, yaitu Pancasila. Bantuan keuangan untuk Gerakan Pramuka ditangguhkan sambil menunggu klarifikasi dari Adhyaksa Dault atas kehadirannya di rapat umum Hizbut Tahrir pada tahun 2013.
Tujuan dan Prinsip Dasar Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka memiliki tujuan yang mulia. Salah satu tujuannya adalah membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa.
Selain itu, Gerakan Pramuka berlandaskan prinsip dasar yang kuat, termasuk iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, peduli terhadap bangsa dan tanah air, serta peduli terhadap diri pribadi.
Pramuka juga memiliki kode kehormatan yang terdiri dari Trisatya dan Dasadarma, yang mengikat setiap anggotanya untuk mengikuti prinsip-prinsip ini dalam hidup mereka sehari-hari.
Metode Kepramukaan
Metode Kepramukaan adalah cara belajar interaktif progresif yang unik. Metode ini melibatkan pengamalan Kode Kehormatan Pramuka, belajar sambil melakukan, kegiatan berkelompok, kegiatan yang menarik dan menantang, serta kegiatan di alam terbuka.
Selain itu, kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan juga merupakan bagian penting dari metode ini.
Penghargaan berupa tanda kecakapan juga diberikan untuk menghargai prestasi dan kemampuan anggota Pramuka.
Keanggotaan dalam Gerakan Pramuka
Keanggotaan dalam Gerakan Pramuka terdiri dari dua kategori utama, yaitu Anggota Muda dan Anggota Dewasa.
Anggota Muda dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan usia, seperti Golongan Siaga (usia 7-10 tahun), Golongan Penggalang (usia 11-15 tahun), Golongan Penegak (usia 16-20 tahun), dan Golongan Pandega (usia 21-25 tahun).
Sementara itu, Anggota Dewasa Gerakan Pramuka meliputi tenaga pendidik, pembina Pramuka, pelatih pembina, pembantu pembina, pamong Saka, instruktur Saka, fungsionaris, ketua dan andalan Kwartir, staf Kwartir, majelis pembimbing, pimpinan Saka, dan anggota Gugus Dharma Gerakan Pramuka.
Baca juga: 4 Tingkatan Pramuka
Jumlah Anggota Pramuka Indonesia
Pada tahun 2011, Gerakan Pramuka Indonesia memiliki lebih dari 17 juta anggota. Ini menjadikannya sebagai organisasi kepanduan terbesar di dunia.
Lambang dan Lagu Pramuka
Lambang Gerakan Pramuka adalah Tunas Kelapa, sebuah simbol yang melambangkan pertumbuhan dan perkembangan.
Lagu Hymne Pramuka, yang diciptakan oleh H. Mutahar, merupakan lagu resmi yang digunakan dalam upacara-upacara Gerakan Pramuka. Lagu ini mencerminkan semangat dan komitmen anggota Pramuka untuk membangun diri sendiri dan masyarakat.
Kesimpulan
Dalam Sejarah Pramuka Indonesia Singkat ini, kita telah menyusuri perjalanan panjang Gerakan Pramuka dari awal kelahirannya pada tahun 1961 hingga menjadi organisasi kepanduan terbesar di dunia pada saat ini.
Melalui pendidikan kepanduan yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dan prinsip-prinsip dasar yang kuat, Pramuka terus berperan penting dalam membentuk karakter dan moral generasi muda Indonesia.
Dengan semangatnya yang menginspirasi, Gerakan Pramuka Indonesia akan terus menjadi pilar penting dalam perkembangan bangsa dan negara. Semoga artikel ini memberikan gambaran yang lebih baik tentang sejarah Pramuka Indonesia singkat.
1 komentar